Selasa, 30 Oktober 2012

ISOLASI TERPENOID-TUMBUHAN DAUN NILAM



Prosedur penelitian
1. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah destilasi, kromatografi kolom, gelas ukur, neraca analitik, tabung reaksi, alat penyemprot, pipet ukur, alat penetuan titik leleh pipa kapiler, kaca arloji, gelas ukur, alat maserasi. Dan lain-lain.
2. Bahan yang digunakan adalah serbuk daun nilam (Pogostemon heyneanus, benth., bahan-bahan kimia adalah metanol, pereaksi liberman buchard, asam sulfat, kloroform, n-butanol, etil asetat, n-heksan , silica gel dan plat KLT.
3. Cara kerja
Isolasi adalah proses pemisahan komponen – komponen kimia yang terdapat suatu bahan organisme . isolasi terdiri dari pemisahan , pemurnian , identifikasi dan penetapan . salah satu cara isolasi umum digunakan adalah kromatografi . pemisahan dari kromatografi ini didasarkan pada sifat adsorbsi atau partisi dari senyawa yang dipisahkan terhadap adsorben dan cairan pengulasi .
Kromatografi adlah cara pemisahan komponen dalam sediaan secara penyarian berfraksi , penyerapan , penukar ion pada zat berpori , atau dengan menggunakan cairan atau gas pengalir . pemisahan terjadi karena komponen cuplikan bergerak dengan jarak yang berbeda yang di sebabka oleh perbedaan retensi komponen yang dipisahkan . terjadinya pemisaha komponen yang disebabkan oleh adanya perbedaan distribusidi antara dua fasa , yaitu fasa diam dan fasa bergerak.
Beberapa teknik kromatografi yang sering dilakukan adalah kromatografi kertas, kromatografi lapis tipis, kromatografi kolom biasa, kromatografi kolom vakum cair, dan kromatografi gais-cair.
Penelilti ini meliputi empat tahap pengerjaan yaitu ekstraksi, fraksinasi, pemurnian dan karakterisasi.
a. Ektraksi
Sampel daun direndam (maserasi ) dengan menggunakan metanol + 3-4 hari. Setelah itu maserat yang diperoleh dikumpulkan, disaring, dan dipekatkan dengan penguap bertekanan rendah hingga diperoleh residu yang kering. Selanjutnya ekstrak yang diperoleh dipartisi dengan menggunakan etil asetat : air = 1 :1 sebanyak 3 kali menghasilkan 2 fase yaitu fase etil asetat dan fase air. Selanjutnya dilakukan uji reaksi liberan buchard terhadap kedua fase. Dari uji kedua fase diketahui fase etil asetat yang lebih memberikan hasil positif atau yang mengandung senyawa terpenid. Kemudian dilakukan evaporasi terhadap fase vetil asetat sehingga diperoleh ekstrak kental.
b. Fraksinasi.
Pada tahap ini dilajutkan dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) dengan menggunakan beberapa campuran pelarut yang dilakukan terhadap ekstrak etil asetat untuk melihat komposisi dan sistem pelarut yang tepat yang akan digunakan dalam fraksinasi pada kromatografi kolom. Sistem pelarut antara lain : n-heksan : etil asetat = 2 : 1, metanol : air = 5 : 1, kloroform : metanol : air= 7 : 3 : 1. setelah diuji hasil KLT dan diperoleh sistem pelarut- ekstrak yang tepat , selajutnya dilakukan pemisahan komponen-komponen dalam ekstrak dengan kromatografi kolom. Sampel ekstrak yang mungkin selanjutnya dilarutkan dengan kloroform untuk dihomogenkan dan setelah cukup kering dimasukkan kedalam kolom danm dielusi dengan campuran n-heksan : etil asetat menurut kenaikan gradien poleritas pelarut, mulai dari perbandingan 10 :1 sampai dengan 1 :1. selanjutnya dilakukan kromatohgrafi lapis tipis terhadap masing-masing komponen sehingga dihasilkan beberapa macam fraksi. Fraksi-fraksi yang mempunyai nilai Rf yang sama digabung menjadi satu fraksi.
c. Pemurnian
Fraksi yang telah dikumpulkan tadi, selajunya diuapkan kemudian dilakuakan rekristalisasi. Padatan komponen tersebut dilarutkan dengan pelarut methanol pada suhu 50o C, kemudian disaring dengan corong buchner selagi panas. Jika larutan berwarna, ditambahkan norit 1-2% dari berat padatan komponen tadi, kemudian disaring kembali dan filtratnya didinginkan dalam air es sampai terbentuk kristal.
d. Karakterisasi
kristal yang diperoleh uji kemurniannya dengan kromatografi lapis tipis dalam eluen n-heksan : etil asetat (2:1) dilanjutkan dengan pengujian titik leleh dan diidentifikasi dengan uji pereaksi Liberman – Buchard.

4 komentar:

  1. Pada proses ekstrksi menghasilkan 2 fase yaitu fase etil asetat dan fase air kemudian dilakukan uji reaksi liberan buchard terhadap kedua fase. Dari uji kedua fase diketahui fase etil asetat yang lebih memberikan hasil positif atau yang mengandung senyawa terpenid.
    Mengapa fase etil asetat yang lebih memberikan hasil positif atau yang mengandung senyawa terpenid dibandingkan fase air ?



    BalasHapus
  2. Pada saat dilakukan fraksinasi, tidak terjadi pemisahan antara etil asetat dengan metanol. Hal ini dikarenakan kepolaran kedua pelarut ini hampir sebanding dan untuk memisahkannya adalah dengan penambahan air dengan perbandingan 1:1 untuk menambah kepolaran metanol sehingga terbentuk pemisahan antara pelarut etil asetat dengan metanol-air. Dari hasil ini diperoleh fraksi etil asetat yang berwarna hijau dan fraksi metanol-air. Fraksi metanol-air ini tidak difraksinasi kembali sehingga fraksi ini dapat kita sebut sebagai fraksi residu.

    http://repository.upi.edu/operator/upload/s_pkim_055366_bab_iv.pdf

    Fase air disini bertindak sebagai residu jadi dia tidak mengandung senyawa terpenoid atau bila ada hanya sangat sedikit.

    BalasHapus
  3. Ya..jawaban ice tepat sekali.
    Disini saya hanya akan menambahkan:
    Alasan dgunakan metanol (alkohol) adalah Alcohol berfungsi sebagai pelarut senyawa-senyawa polar yang tercampur dengan terpenoid dalam serum agar dapat terpisah dari terpenoid. terpenoid diketahui kurang pada pelarut air atau yang bersifat polar. Jadi, terpenoid tidak akan terlarut pada alkohol yang bersifat polar yang membuatnya terpisah dari komponen polar lain dalam serum. (http://baiqdesy.blogspot.com/2012/05/laporan-biokimia-2-penetapan-kadar.html)
    Yang namanya pereaksi Liberman Burchard itu harus dengan asam asetat anhidrat dan asam sulfat pekat. Kalau dengan pereaksi lain itu namanya bukan reaksi Lieberman Burchard. Kalau digunakan asetil klorida berarti bukan lagi pereaksi LB.Jika mengunakan pereaksi ini, yang terukur bukan kolesterol saja akan tetapi steroid secara keseluruhan atau termasuk juga triterpen jika terdapat golongan senyawa ini dalam sampel. Reaksi pereaksi LB dengan steroid akan membentuk warna hijau, sedangkan triterpen akan membentuk warna biru yang didahului dengan terbentuknya warna lembayung.(http://tech.dir.groups.yahoo.com/group/kimia_indonesia/message/12165)

    BalasHapus
  4. ya benar ,,Hal ini bisa terjadi dikarenakan kepolaran kedua pelarut hampir sebanding dan cara memisahkannya dengan penambahan air dengan perbandingan 1:1 untuk menambah kepolaran metanol sehingga terbentuk pemisahan antara pelarut etil asetat dengan metanol-air.

    sekedar menambahkan bahwa Asam asetat cair adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. Asam asetat memiliki konstanta dielektrik yang sedang yaitu 6.2, sehingga ia bisa melarutkan baik senyawa polar seperi garam anorganik dan gula maupun senyawa non-polar seperti minyak dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin. hal ini juga yang menyebabkan fase etil asetat cenderung menghasilkan hasil yang positif. dan juga Asam asetat bercampur dengan mudah dengan pelarut polar atau nonpolar lainnya seperti air, kloroform dan heksana. Sifat kelarutan dan kemudahan bercampur dari asam asetat ini membuatnya digunakan secara luas dalam industri kimia.
    http://id.wikipedia.org/wiki/Asam_asetat

    BalasHapus